Rizki Sudah Ditentukan, Kenapa Bagianku Kurang dari Bagiannya?

Rizki Sudah Ditentukan, Kenapa Bagianku Kurang dari Bagiannya?


Sebuah percakapan berlangsung antara mekanik senior ahli (M) dengan dokter spesialis bedah jantung (D) sebagai berikut:


M: "Aku bingung,  mengapa gajimu sangat besar sementara pekerjaanmu sama rumitnya denganku, memperbaiki sesuatu yang kompleks namun bedanya, objekmu berupa manusia,  dan aku mesin."

D: "Hmm..., kau saja yang melihatnya begitu."

M: (mempraktekkan perbaikan komponen rusak mesin mobil mewah di bengkelnya. Dia mematikan mobil,  lalu memeriksa dengan cermat, lalu diganti dan diperbaiki dan mobil dinyalakan kembali setelah selesai)
"Lihat, betapa rumitnya walau cuma mengganti komponen mesin yang rusak ini. Mestinya gajiku yang lebih tinggi darimu."

D: "Oke,  sekarang coba kau perbaiki mesin tersebut tanpa mematikannya terlebih dahulu."

M:  #@3##@&@#*!!

-----
Semua pekerjaan mempunyai tantangannya masing-masing. Kita tidak boleh iri dengan penghasilan orang lain. Mungkin kita hanya melihat luarnya saja, tapi tidak tahu betapa besarnya risiko pekerjaan orang yang kita banding-bandingkan tersebut.

Rizki sudah diatur oleh Alloh dan tidak ada yang tertukar. Kalau kita merasa rizki kita masih kurang hari ini,  coba periksa lagi diri kita. Apakah kita hanya diam saja menunggu rizki? Apakah ada cara yang salah dalam menjemput rizki? ataukah apakah kita sudah optimal dalam mendapatkan rizki kita masing-masing?

Rizki memang sudah ditetapkan untuk masing-masing makhluk. Tapi,  bukan berarti rizki kita itu semuanya langsung ada di samping/ di hadapan kita. Bisa jadi saat ini rizkimu hari ini ada di beberapa kilometer dari tempat, atau di suatu tempat. Itu memang rizkimu, tapi perlu diingat,  rizki tidak jalan sendiri menghampiri dirimu. Di situlah dibutuhkan usaha darimu untuk menjemput rizki tersebut. Kemudian, syukuri apa yang kita peroleh,  insya Alloh ni'mat kita akan bertambah.
Wallohu a'lam.